Selasa, 15 Juni 2010

Makhluk yang Berjuang (2-end)

Akhirnya, setelah sekian lama didera kesibukan kuliah yang menjadi-jadi, baru bisa nulis posting lagi. Lanjutan dari tulisan saya beberapa waktu yang lampau.

"Orang-orang yang tegar bukanlah mereka yang tak pernah menitikkan airmata ketika didera kesedihan. Tetapi mereka adalah orang-orang yang bangkit dengan kepala tegak dan berkata: pasti ada kebaikan dari setiap kemalangan"

Inspirasi ini datang dari seorang gadis Jepang yang akhirnya meninggal karena penyakit Spinocerebellar ataxia (SCA), ia bernama Aya Kito. Penyakit ini membuat penderitanya mengalami kemunduran kemampuan motorik dalam waktu yang tidak terduga disebabkan rusaknya sel-sel otak kecil. Aya masih berusia 14 tahun ketika divonis dokter menderita penyakit mematikan ini. Ketika masih sehat Aya adalah seorang siswi yang cerdas dan periang, tiba-tiba saja ia menjadi sangat lamban dan tidak seimbang dalam bergerak, mudah terjatuh tanpa sebab. Teman-teman sekolahnya merasa kasihan dan banyak membantu, namun Aya yang sebelumnya sehat dan normal, depresi karena merasa cacat dan tak berguna.

Seiring bertambah parahnya penyakit yang diderita Aya, semangat hidup Aya tak pernah pudar. Perasaan itu dicurahkannya dalam lembar-lembar catatan harian. Ia menuliskan: "Aku bersumpah tak akan kalah oleh penyakit ini. Musim boleh berubah, namun manusia harus tetap hidup."

Kunci semangat hidup Aya adalah ucapan dokter Hiroko yang merawatnya:"Daripada menyesali apa yang telah hilang, lebih baik mensyukuri apa yang masih tersisa."

Pada usia 20 tahun-6 tahun sejak menderita penyakit ini-Aya mulai kesulitan berbicara dan tak lagi bisa menulis catatan harian. Akhirnya, Pada tahun 1988 (saat itu usia Aya 25 tahun), Aya Kito meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Namun semangatnya untuk berjuang dan tetap hidup serta harapannya untuk bisa memberikan sumbangsih bagi masyarakat akan tetap abadi. (rad)