Senin, 22 Februari 2010

Memandang dengan Istimewa

Semula mata kita semua terpejam,
Ketika kita mulai menghirup udara dunia,
Kita menangis keras-keras.
Bersamaan dengan itu,
Mata kita membuka.
Perlahan-lahan cahaya terang menyilaukan pandangan.

Mungkin kita berpikir
“disini berbeda sekali dengan tempatku sebelumnya!”
kita semakin keras menangis.
di sekeliling kita,
Semua orang tertawa.
Tidak ada seorang pun yang berusaha membuat kita diam.
Lalu seorang wanita memeluk penuh kasih sayang
Membuat seluruh tubuh kita hangat dan perut terasa kenyang
Lelah menangis, kita tertidur
Semua kembali gelap.

Mata kita yang bulat
Senang sekali melihat semua yang bergerak berwarna-warni
Seperti mainan berputar yang dibelikan ibu
Semuanya baru bagi kita,
Kita mulai berpikir,
“Ternyata disini cukup menyenangkan juga.”

Kita juga mulai pandai bicara,
Menyebut kata
Ibu dengan buu..
Bapak dengan paa..
Makan dengan maem..
Tidak ada satupun ucapan buruk dan kasar
Meluncur keluar dari bibir kita.

Perlahan-lahan
Ibu dan bapak mengajarkan kita cara bergerak,
Mulai dari merangkak,
Berjalan,
Kemudian berlari.
Berkali-kali kita terjatuh
Tapi kita terus berusaha kembali.

Saat itu kita begitu merasa ingin tahu,
Kita menatap benda apapun dengan penasaran.
Kita mengamati gerak-gerik kucing tetangga,
Berlari mengejar kupu-kupu,
Bermain tanah hingga baju kita yang putih menjadi cokelat,
Dan memetik bunga-bunga di pinggir jalan.
Sesekali ibu marah,
karena kita sering tiba-tiba lari keluar rumah,
Sehingga ibu bingung mencari kita kemana-mana.
Kita mendapat banyak pengalaman pertama,
Kita belajar banyak hal.
Dan kita ingin belajar lebih banyak lagi.

Setelah agak besar,
Bapak membelikan sebuah sepeda kecil.
Pertama kali naik, kita pasti terjatuh.
Selanjutnya berkali-kali juga kita terjatuh.
Bapak berkata
“Ayo, kayuh yang kencang! Kamu tidak akan jatuh!”
Kita semakin bersemangat.
Akhirnya kita berhasil mengayuh tanpa jatuh
10 meter
50 meter
100 meter
dan tidak pernah jatuh lagi.
Seandainya waktu itu kita hanya menangis
Dan berhenti mengayuh,
Sampai hari inipun kita tidak akan bisa naik sepeda.

Semakin bertambah usia,
kita bukannya semakin baik.
Kata-kata yang kita pelajari,
Kita gunakan untuk mengumpat dan memaki.
Kaki yang dengan susah payah bisa berjalan,
Kita gunakan untuk melangkah ke tempat yang salah.
Mata yang dulunya penuh rasa ingin tahu,
Sekarang hanya bisa memandang dengan bosan,
Tidak ada lagi yang menarik bagi kita,
Kalaupun ada, mungkin bukan sesuatu yang baik.

Jika hari ini kita bisa kembali
Merasakan kenangan di masa kecil,
Mungkin kita bisa
Memandang dengan istimewa.

-Malang, 21 Februari 2010-

0 komentar:

Posting Komentar