Rabu, 17 Februari 2010

Tayangan bergizi dari negeri Ginseng

Rupanya “penyakit” yang saya derita beberapa bulan ini masih belum sembuh juga. Sejak serial The Great Queen Seondeok tayang di Indosiar, saya memang menderita “Korean Drama Fever”. Setelah serial sepanjang 62 episode ini tamat, demam ini pun belum waras. Kali ini penyebabnya adalah drama roman Brilliant Legacy.

Sepintas Brilliant Legacy a.k.a Shining Inheritance tampak tidak terlalu istimewa, ide ceritanya nyaris seperti cinderella jaman modern. Setelah saya telateni nonton episode demi episode bukan love storynya yang jadi perhatian saya, tetapi banyak juga hikmah yang bisa saya ambil.

Tokoh utama Eun-Sung punya karakterisasi yang kuat, sifatnya tegar menghadapi cobaan layaknya tokoh-tokoh protagonis lain, tapi bukan berarti dia lantas hanya diam dan menangis tersedu-sedu menghadapi setiap kemalangan yang menimpanya. Karakter ini membuat saya belajar tentang “kesabaran yang manusiawi”. Manusia adalah makhluk yang mengenal rasa maaf, tetapi ketika ia didzalimi dan dirampas haknya, maka kewajibannya untuk memperjuangkan hak tersebut.

Tokoh Woo-Hwan, si lawan main, juga punya karakter yang tidak kalah menarik. Sebagai calon pewaris perusahaan makanan Jin Sung Food yang tidak pernah kenal hidup susah sejak kecil, rasanya sangat tidak aneh kalau dia menjadi pribadi yang semau gue. Awalnya tokoh ini memang amat sangat menyebalkan dan tidak tahu sopan santun. Dia bahkan tidak dapat mengucapkan kata maaf. Keputusan Sang Nenek membuatnya harus bekerja keras banting tulang meskipun dia kaya raya. Ketika Ia mengetahui alasan neneknya mengambil keputusan sulit tersebut, hatinya tersentuh. Perlahan-lahan ia berubah menjadi seseorang yang lembut. Sekeras apapun hati manusia, ia dapat menjadi lembut jika ia memang menginginkannya.

Nah, yang terakhir namun justru tokoh terpenting menurut saya adalah Nenek Jang atau ibu Soon-Woo. Seorang wanita yang sukses dengan bisnis sup sapinya dan membangun perusahaan Jin Sung Food. Dari luar, beliau adalah pribadi yang keras dan sering membuat keputusan tidak terduga. Tetapi sebenarnya sifatnya hangat dan penuh perhatian. Para karyawan Jin Sung Food sangat menghormati dan menyayanginya. Nenek Jang inilah yang membuat kedua cucunya Woo-Hwan dan Woo Jung, serta menantunya Young Ran harus bekerja keras, tidak hanya menengadahkan tangan meminta uang kepadanya. Keputusan itu membuatnya dibenci oleh anggota keluarganya. Bagaikan dokter yang membuat pasien terpaksa menelan pil pahit, keputusan itu kelak akan menyembuhkan sifat buruk Woo-Hwan.

Serial ini jelas berbeda jauh dari serial pendahulunya The Great Queen Seondeok yang penuh intrik dan menguras otak. Dari Queen Seondeok saya belajar banyak hal, mulai dari politik, leadership, loyalitas, strategi, sejarah korea, hingga kriminalisasi untuk menjatuhkan penguasa. Sedangkan dari Brilliant Legacy saya tahu tentang kesabaran, kekayaan hati, kerja keras, serta kepahitan hidup.

Inilah beberapa tontonan yang saya anggap bergizi dari negeri ginseng Korea. Selain dua serial yang saya sebutkan di atas, ada satu serial lawas yang tetap menginspirasi saya hingga saat ini. Bahkan, bisa dibilang keputusan saya masuk farmasi dan menjadikan Botani Farmasi sebagai mata kuliah favorit saya sedikit banyak karena terinspirasi tokoh utama serial ini. Dae Jang Geum, alias Jewel in the Palace adalah judul drama klasik yang saya maksud.

Tontonan memang hanya sebatas tontonan, jangan sampai dijadikan tuntunan. Tetapi alangkah baiknya jika kita bisa mengambil pelajaran dari tontonan bergizi tersebut. Agar hati dan pikiran kita juga menjadi kaya akan pengalaman.

0 komentar:

Posting Komentar