Rabu, 17 Februari 2010

The Real Leader

Saya jelas tidak punya kapasitas untuk berkomentar tentang hal ini. Siapa sih saya? Mahasiswa yang baru duduk di semester tiga, pengalaman organisasi juga masih seumur pohon kencur (kencur kan bukan pohon =p). Tetapi belakangan ini, saya jadi sering memikirkan, sebenarnya gimana sih the Real Leader itu. Pemicunya tak lain dan tak bukan adalah Drama Korea yang diputar tiap senin sampai jumat jam 5 sore di Indosiar, The Great Queen Seondeok (ada orang lain yang nonton juga kan?).

Singkat kata, di film ini ada 2 kubu. Kubu protagonis yang dikomandani Putri Deokman dan Kubu antagonis yang digawangi Lady Mi Shil. Keduanya adalah wanita super cerdas dan ahli strategi yang luar biasa. Lantas apa yang membuat mereka berbeda? Lady Mi Shil punya kekuasaan atas para menteri yang merupakan kaum bangsawan, dia bisa mengendalikan mereka seenak perutnya. Meski para bangsawan ini mau menuruti apa saja kata Mi shil, mereka jelas punya motif pribadi yakni ambisi kekuasaan yang lebih besar. Walhasil, kekuasaan Raja sebagai kepala pemerintahan dirongrong habis-habisan. Pada saat inilah sang tuan putri muncul. Dengan orang-orang kepercayaannya yang jumlahnya sedikit dan belum punya posisi di pemerintahan, dia mencoba membebaskan rakyat yang juga tertindas dan tertipu oleh kaum bangsawan. Itulah aristokrasi yang feodal.

Nah, dari sini saya berpikir, Who’s the real leader here? Lady Mi Shil yang bisa menggerakkan banyak orang untuk menuruti keinginannya, ataukah Putri Deokman yang pengikutnya sedikit namun semuanya bekerja untuk sebuah visi yang sama?

Saya memilih opsi kedua. Dalam pandangan saya, seorang pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan hati para pengikutnya untuk sebuah visi yang sama. Boleh jadi ada seseorang yang selalu dipatuhi kehendaknya, tetapi mereka patuh karena ada maksud yang tersembunyi, menurut saya ini hanyalah kepemimpinan yang semu. Akan ada saatnya kepemimpinan semu seperti ini akan runtuh. Boleh jadi untuk mencapai sebuah visi itu akan terjadi pro-kontra, namun karena tujuannya sama, jadi tidak masalah.

Dalam mencapai visi tersebut tentu harus ada patokan apa yang benar dan apa yang salah. Jalan mana yang boleh ditempuh dan jalan mana yang tidak. Sebagai seorang muslim, jelas patokan mutlak itu adalah Qur’an dan Hadist. Ini adalah harga yang tidak bisa ditawar-tawar.

1 komentar:

Army Khoirunnisa mengatakan...

benar dit, karena prmimpin dan penguasa adalah berbeda

Posting Komentar